Tulisan ini merupakan seri pengalaman kami (saya, istri dan danika) bersama Sabia dalam menghadapi diagnosa, cobaan dan bagaimana kami menghadapinya. Karena setelah Googling kami tidak menemukan kasus yang serupa dengan yang Sabia alami, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk menuliskannya.
Inilah kisah kami menghadapi ventriculomegaly yang menghinggapi sabia sejak dikehamilan 4 bulan sampai dengan saat ini. Mudah-mudahan bermanfaat.
Seri Sebelumnya Widiantoro’s Menghadapi Ventriculomegaly
Selective mutism adalah gangguan berkomunikasi yang biasanya dijumpai pada anak yang memilih tidak berbicara pada situasi atau orang tertentu, meskipun ia mampu. Misalnya, anak tidak mau berbicara di sekolah. Padahal jika di rumah atau bersama temannya, ia banyak bicara.
Semenjak memasuki jenjang pendidikan Taman Bermain di usia dini hingga ke TK A, Saya melihat Sabia seorang anak yang memiliki kecenderungan pendiam dan jarang bicara kepada teman bermain baik di taman bermain dan TK. Kami mengangggap it just like her sister Danika, dimana semasa taman bermain dan TK Danika memang cenderung pendiam di kelas maupun ketika bermain di luar kelas.
Namun semua berubah ketika Danika memasuki jenjang SD dimana pada kelas 2 dan 3 kami beberapa kali di tegur dan dipanggil oleh wali kelasnya perihal Danika suka ngobrol dengan teman sebelahnya saat kelas sedang berlangsung dan kami (guru) sampai merotasi tempat duduk Danika mulai dari bersebelahan dengan teman perempuan hingga laki-laki tetapi semua tetap diajak ngobrol oleh Danika.
Dengan pengalaman dari si Kakak, saya dan istri berpendapat mungkin Sabia seperti kakaknya yang di taman bermain dan TK cenderung pendiam, dan mungkin nanti di jenjang SD akan berubah. Namun sebelum melihat perkembangan selama di SD, ada tahapan yang harus Sabia dilalui untuk melanjutkan ke jenjang SD, Sabia harus melalui beberapa test, selain ada test kognitif terdapat juga test psikologis serta harus mendapat rekomendasi dari guru TK Sabia
Sabia belum kami rekomendasikan untuk masuk SD, karena secara komunikasi kamu melihat Sabia belum bisa berkomunikasi dengan temannya selama Zoom kelas – Wali Kelas Sabia
Memang di tahun 2020 ini tahun yang berat bagi semua orang tua tidak terkecuali saya baik secara pekerjaan, karena semua harus di remote dari rumah dan masih harus dihadapkan untuk tetap mendampingi anak selama mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Sejak Sabia di bangku taman bermain saya menyadari diluar lingkungan rumah Sabia memang sulit untuk memulai percakapan or menjawab pertanyaan dari orang lain (asing) baik itu anak kecil maupun orang dewasa, dan saya juga selalu memberikan rekaman video interaksi Sabia dirumah kepada wali kelas di taman bermain untuk membuktikan bahwa Sabia bisa bernyanyi, ngobrol dengan kakaknya hingga joget-joget bersama, dan sama sekali tidak ada kendala berbicara.
Hingga lulus jejang taman bermain dimana Sabia bersekolah Kirana School yang berada di Jl. Baung Sabia tidak juga bersuara, hingga kakak guru bernama Kak Emi dan Kak ii saking gemesnya selalu berusaha ingin membuat Sabia bersuara hingga kadang beberapa kali Sabia dipaksa jika mau pulang harus menjawab pertanyaan dan itu pun tidak berhasil.
Memasuki jenjang TK dimana Sabia pindah sekolah mengikuti jejak si Kakak yang bersekolah di TK Kreativitas Anak Indonesia di Jagakarsa, dan memasuki tingkat TK A kami juga mendapatkan pertanyaan yang sama yaitu “Sabia belum bisa bicara ya pak?” dan lagi-lagi kami harus memutar ulang video rekaman yang saya punya untuk membuktikan bahwa Sabia tidak memiliki masalah dengan berbicara.
Kami (saya dan istri) akhirnya duduk bareng bersama wali kelas Sabia di TK A untuk membahasnya, dan guru TK A pun sepakat bahwa Sabia tidak memiliki masalah dan bisa bicara dan cuma masih belum keluar aja mungkin masih baru di suasana TK. Bu dina dan bu Nanin sering sekali chat ke istri keadaan Sabia selama di kelas, hingga pada awal tahun 2020 Sabia mulai tertawa di kelas, berbicara dan bermain ke beberapa temannya namun masih belum berbicara dengan guru kelasnya.
Sabia tertawa itu adalah sebuah progress yang bagus selama enam bulan di TK A, dan sudah beberapa menjawab temannya ketika temannya bertanya, ya walaupun hanya berbicara singkat ke beberapa temanya seperti Kharisma dan Ribka.
Disaat bersamaan dunia geger dan mulai resah karena ditemukannya sebuah virus baru ditemukan di Wuhan – China yang kemudian diberi nama Covid-19, virus ini sangat cepat menyebar di China hingga keluar dari dataran China dan pada akhirnya virus itu masuk ke Indonesia di awal Maret dimana pada tanggal 2 Maret Presiden Jokowi mengumumkan dua orang positif Covid-19 dalam hitungan hari tepat pada tanggal 16 Maret Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskan pekerja dan siswa melakukan pekerjaan dan sekolah dari jarak jauh.
Sabia yang diawal tahun 2020 sudah mulai membuka diri dan mulai menemukan kenyamanan terhadap teman-temannya di sekolah TK dihadapkan oleh situasi pandemi yang sedang terjadi sehingga harus melakukan PJJ melalui Zoom dari sebuah laptop setiap pagi hingga bergantinya tahun ajaran 2019-2020 ke 2020-2021 dan naik kelas ke TK B semua proses belajar dan bermain dilakukan di depan laptop.
Saya melihat kemunduran Sabia selama PJJ ini, mulai dari terbatasnya interaksi ke sesama murid di TK, minimnya fokus si anak selama melakukan PJJ zoom, dan yang terpenting hilangnya bagian bermain dari sebuah pembelajaran taman kanak-kanak. Sehingga ini juga yang menjadi faktor kenapa Sabia tidak mendapatkan rekomendasi untuk melanjutkan ke jenjang SD dan guru Sabia menyarankan kami untuk melakukan assessment ke psikolog guna mengehetaui lebih dalam tentang kenapa Sabia tidak mau bicara selain keluarga inti.
Akhirnya kami memutuskan untuk menemui ketua yayasan Taman Kreativitas Anak Indonesia yang juga seorang psikolog yaitu Rose Mini (bunda romi) di kantornya di bilangan Ampera – Cilandak, hari itu tanggal 14 Oktober 2020 kami berkunjung ke kantor bunda romi dengan membawa Sabia untuk di observasi, ruangan bunda romi tergolong besar ada meja kerja, meja dan sofa untuk tamu, lalu kami memasuki ruang kerja bunda romi, diatas meja tamu terdapat 3 gambar dan full set spidol berwarna, kami bertiga disuruh duduk dan si ibu mulai berbicara: “bia mau mewarnai gak? coba dipilih mau mewarnai yang mana?” dan otomatis istri saya langsung merespon “bia mau gambar yang mana, ini, ini apa yang it?” lalu dengan instruksi jari telunjuk menutup bibir memerintahkan untuk istri saya diam.
Sabia sama sekali tidak menyentuh kertas dan spidol tersebut, walaupun istri saya akhirnya mencoba membujuk Sabia untuk memilih gambar namun tetap Sabia tidak bergeming! lalu tidak lama kemudian Bunda Romi berbicara “Sabia ini memiliki ganguan komunikasi “Selective Mutism” lalu saya menunjukan rekaman video interaksi Sabia jika dirumah dan Bunda Romi semakin yakin bahwa Sabia “Selective Mutism” anak ini tidak ada masalah dengan berbicara, cuma memiliki gangguan berkomunikasi dan dia akan otomatis menutup bibirnya untuk ketika memasuki lingkungan baru atau keramaian.
And how we solve this bu? Ya keadaan pandemi seperti ini memang sulit, Sabia harus banyak main dengan teman sebayanya, jika bapak dan itu mengajak Sabia ke tempat baru seperti mall, tempat bermain ada baiknya spare time lebih banyak untuk datang lebih awal agar anak ini bisa melihat proses keramaian dan itu bisa meminimalisasi rasa khawatir dia.
Sambil mendengarkan bunda romi menjelaskan how to nya, otak saya langsung otomatis melakukan beberapa perencanaan untuk mengakomodir kebutuhan Sabia ini, dan berikut apa yang sudah saya lakukan bersama istri untuk mempercepat proses memperbaiki gangguan Sabia.
14 oct – konsultasi ke ibu romi (bayar)
24 oct – main ke rumah Kharisma
28 oct – main ke rumah kharisma
29 oct – kharisma, ribka main ke rumah sabia
7 nov – sabia mau menginap (batal)
8 nov – main lagi ke rumah kharisma
13 nov – sabia join global art
14 nov – kharisma main ke rumah sabia
21 nov – main ke rumah kharisma
Sampai tulisan ini saya dipublish hampir setiap sabtu kami melakukan playdate dan roadshow ke teman-teman TK sabia
Next plan:
Main ke rumah ribka ajak kharisma
Main ke rumah zee ajak kharisma, ribka
Main ke rumah jo ajak kharisma, ribka, zee
Kharisma, ribka, zee dan jo main kerumah sabia dan ibu santi main kerumah sabia untuk perkenalan offline dengan prosedur defensif approach
Propose zoom TKAI
Zoom bareng kharisma (tentative)
Zoom lebih awal dengan teman2 yg sabia kenal di offline sebelum mulai zoom reguler (zoom sendiri dengan izin orang tua lain dan guru)
Kami belum tau kapan ini akan berlangsung, namun saya selalu prepare for the worse dan hasil observasi saya selama kurang lebih 1,5 bulan, sabia menunjukan progress yang cepat, buktinya hanya butuh 3 minggu untuk Sabia untuk berbicara dengan Kharisma walaupun percakapan mereka terkadang menggunakan bahasa english, memang selain playdate setiap weekend on daily saya selalu berusaha menyematkan video call yang pada diawali berkirim video recording yang di kirim melalui Whatsapp.
Kenapa Selective Mutism bisa terjadi terhadap Sabia? Bagian terbesar disebabkan karena pola asuh kami yang terlalu over protective, saya tidak menyesal terhadap pola asuh kami lakukan selama ini yang super protective terhadap Sabia karena memang sejarah kehidupan Sabia semenjak kandungan 4 bulan sudah memiliki kelainan, karena hingga pada akhir januari 2020 dimana Sabia mendapat serangan kejang pertama kali, membuat saya semakin erat lagi pengawasan terhadap sabia.
Namun dengan ada nya temuan gangguan Selective Mutism ini selain berdampak terhadap Sabia juga berdampak kepada saya dimana ketika menikah saya memutuskan untuk menjadi anti social, dan karena Sabia ini saya dipaksa untuk bersosial kembali demi kebaikan sosialisasi Sabia, Semoga Sabia sehat dan bisa bermain ya
Bersambung . . . . Terapi Okupasi