Race ini merupakan pembuka dari semua race yang akan saya ikuti di tahun 2020, dan juga sebagai uji lapangan sekalian test the water dalam menguji kekuatan dan mentality saya terhadap trail running race, karena pada bulan juni 2020 saya berkeinginan untuk mengikuti Rinjani 100 Ultra dimana saya berpartisipasi dalam kategori 75 kilometer dengan Cut Off Time 25 Jam.
Selain sebagai program ujicoba ini juga sebuah family holiday gateaway, karena saya memang sengaja memboyong sekeluarga untuk ke Bandung dalam lawatan saya di Tahura 2020.
Mengambil kategori 42km atau Marathon adalah sebuah kenekatan yang konyol, tanpa persiapan yang matang seperti Bali Marathon. Kalau boleh jujur ini memang race yang sengaja saya ikuti untuk ajang uji coba apakah sebuah lomba bisa diselesaikan hanya dengan mental?
Apa boleh dikata, trail run race yang diadakan pada bulan Januari bisa menjadi sebuah petaka karena jalur yang diguyur hujan sehingga menyebabkan medan yang licin dan berlumpur, bisa dibayangkan saya dua kali jatuh karena licinnya medan dan satu kali kecebur lumbur yang menyebabkan kaki kanan saya hingga lutut dipenuhi lumpur.
Mentality can finish the race, but Cut Off Time only can be beat by training
Tulisan ini merupakan seri pengalaman kami (saya, istri dan danika) bersama Sabia dalam menghadapi diagnosa, cobaan dan bagaimana kami menghadapinya. Karena setelah Googling kami tidak menemukan kasus yang serupa dengan yang Sabia alami, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk menuliskannya.
Inilah kisah kami menghadapi ventriculomegaly yang menghinggapi sabia sejak dikehamilan 4 bulan sampai dengan saat ini. Mudah-mudahan bermanfaat.
Setelah kehamilan istri memasuki bulan keempat kami (saya dan istri) melakukan USG 4D di Archa Clinic BSD dengan dr Azen Salim atas anjuran dr Sherly (KMC) yang merupakan dokter kandungan kami sejak anak pertama, setelah menunggu kurang lebih satu minggu, saat yang dinanti pun tiba untuk menerima hasil 4Dnya, bagaikan disamber petir berulang-ulang namun masih hidup ketika dr Azen membacakan hasilnya bahwa ditemukan pelebaran ventrikel lateralis 10,8 mm di kepala sang bayi yang sedang dikandung oleh istri dan di diagnosa ventriculomegaly yang kemungkinan besar akan Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, Hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat.
Saya sempat bertanya kepada dr Azen “biasanya apa yang dilakukan para orang tua ketika menghetaui bahwa si bayi terindikasi ventriculomegaly? “bapak dan ibu kan muslim, lebih baik tetap berdoa kepada Allah untuk keselamatan sang bayi”, lalu saya kembali bertanya “jika orang tua itu non muslim, biasanya apa yang dilakukan” lalu dr Azen menjawab “biasanya pasien saya yang keturunan chinese mereka melakukan aborsi, pak”.
Dengan rasa sedih dan shock, di minggu berikutnya kami menemui dr Sherly dimana sebelumnya sesaat setelah istri menerima surat hasil USG 4D dari Archa Clinic istri langsung WA ke dr Sherly . Bukan kami saja yang kaget, dr Sherly pun kaget, dan akhirnya kami disarankan kembali untuk melakukan Pemeriksaan TORCH.
Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya Toksoplasmosis, infeksi lain/Other infection, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus (disingkat TORCH), pada ibu hamil atau yang berencana hamil, untuk mencegah komplikasi pada janin.
FYI jarak kehamilan dari anak pertama (danika) kurang lebih empat tahun dan sebelum program hamil anak kedua istri juga diminta untuk melakukan pemeriksaan TORCH oleh dr Sherly dan hasilnya tidak ditemukan virus apa-apa, dan hasil TORCH di kehamilan empat bulan juga hasilnya tidak ditemukan apa-apa.
Setelah mendapatkan hasil USG 4D, dan karena istri saya mengalami kehamilan beresiko atas saran dr Sherly kami diminta mencari dokter Fetomaternal
Sub-spesialisasi fetomaternal merupakan salah satu cabang dari bagian kandungan dan kebidanan (obstetri dan ginekologi). Sub-spesialisasi ini mampu mendiagnosa atau mendeteksi kelainan pada janin (fetus), atau ibu (materna)
Atas anjuran dr Sherly kami pun dirujuk ke dr Eva Roria Silalahi, Sp.OG di klinik Brawijaya Kemang, di dokter ini kami juga diminta melakukan pemeriksaan TORCH dan lagi-lagi hasilnya pun tidak ditemukan virus yang membahayakan.
Namun setelah dua minggu berkonsultasi dengan dr. Eva dan istri mengatakan tidak cocok dengan gaya komunikasi sang dokter dan akhirnya kami pun pindah dokter ke Rumah Sakit Bunda Menteng untuk berkonsultasi dengan dr Bowo (Noroyono Wibowo) alhasil hanya dokter bowo ini yang bisa menenangkan istri saya dan kami berdua cocok dengan gaya komunikasi sang dokter dan pada akhirnya kami memutuskan pemeriksaan tetap di RS Bunda Menteng.
Agustus 2015
Satu minggu sebelum tanggal 7 Agustus 2015, dr Bowo menyarankan “nanti dr anaknya dokter Markus Mualim aja pak, karena dr Markus spesialisasi tumbuh kembang. Pada tanggal 6 malam saya pun mengkonformasi kembali ke pihak RS Bunda bahwa dokter anak yang kami pilih adalah dr Markus, yang mana sebelumnya dari pihak rumah sakit merujuk ke dokter lain, nah disini ketegasan orang tua harus tau anaknya akan di pegang siapa dan this part is no negotiable.
Setelah anak kedua lahir yang saya beri nama Arunika Camellia Sabiaomera Widiantoro (sabia) pada tanggal 7 Agustus 2015 di hari yang sama kami dirujuk oleh dr Markus untuk melakukan USG 4D di kepala ke dokter Kemas Firman SpA (USgG) dan dr Kemas menyatakan bahwa Sabia Hidrosefalus.
Untuk menyakinkan, kami disarankan untuk melakukan CT Scan dan kami melakukannya di RS Bunda Menteng setelah Sabia berumur satu minggu setelah itu kami kembali ke dr Kemas dan beliau kembali menyatakan bahwa Sabia Hidrosefalus (First Opinion)
Lagi-lagi serasa di samber petir dan gledek berkali-kali mendengar kata Hidrosefalus di minggu pertama sabia lahir, dan kami pun kembali berkonsultasi dengan dr Markus. Karena Sabia memiliki bawaan lahir atas saran dr Markus kami dianjurkan untuk berkonsultasi dan mencari Second Opinion kepada temannya yaitu dr Irawan Mangunatmadja di RS Cipto Kencana.
Akhirnya kami pun segera berkonsultasi dan setelah dr Irawan membaca hasil CT Scan dan USG 4D kepala dr Irawan mengatakan bahwa yang terjadi dikepala Sabia bukan Hidrosefalus melainkan Atrophy
“Cerebral Atrophy berasal dari dua kata, cerebral yang artinya otak, dan atrophy yang artinya kehilangan sel ataupun penyusutan. Kondisi cerebral atrophyakan membuat otak mengecil karena neuron dan jaringan sel saraf di dalamnya mengalami penyusutan atau justru menghilang.”
Namun untuk kasus Sabia, Atrophy yang dimaksud adalah belum berkembangnya jaringan otak seperti jaringan otak pada anak seusiannya. Setelah mendapatkan second opinion kami menjadi semakin bingung, karena masih butuh diyakinkan akhirnya kami mencari Third Opinion dengan mengunjungi Dr. dr. Dwi Putro Widodo, Sp.A(K) di RS Pondok indah, setelah melihat hasil CT Scan dan hasil USH 4D dr widodo menyatakan bahwa Sabia suspek Hidrosefalus.
Makin bingung dan takut, akhirnya kami mencari Forth Opinion dengan mengunjungi rumah Prof. dr. H. Sofyan Ismael, Sp.A(K) di daerah Kebayoran Baru Blok M, kepala Sabia di pukul-pukul dan beliu berkata “bapak dengar, ini ada airnya beda dengan kepala anak biasanya” dan beliau mengatakan bahwa Sabia suspek Hidrosefalus makin bingung dan stress
Akhirnya kami kembali ke dr. Irawan, dan mengatakan bahwa kami mengunjungi dokter-dokter diatas, dan beliau sepenuhnya mengerti atas keraguan dan kebingungan kita dan menyarankan agar kami berkonsultasi ke teman beliau Spesialis Bedah Syaraf yaitu dr. Samsul di RS Mayapada Lebak Bulus dan ini adalah Fifth Opinion yang kami lakukan. Bayangkan dokter ini duduk di meja kerjanya dan dibelakangnya berdiri tiga dokter yang kemudian mereka bertiga mulai memeriksa dan memegang kepala Sabia, mengecek mulut, mata.
Lalu beberapa saat kemudian dia berkata “saya sudah sering melakukan operasi anak yang Hidrosefalus, dan saya tau anak yang mengidap Hidrosefalus dan anak bapak bukan salah satunya” ada baiknya bapak kembali ke dr Irawan.
Singkat kata dr Samsul mengatakan bahwa Sabia adalah Atrophy dan dr Samsul menyarankan agar kami melakukan CT Scan kembali dengan 64 irisan karena yang CT Scan kami punya sekarang hanya 32 irisan, dan setelah itu kami kembali ke dr Irawan, dan beliau berkata “dari data yang ada dan hasil penglihatan saya dan dr Samsul anak bapak kecenderungan Atrophy bukan Hidrosefalus, maka itu ada baiknya kita sama-sama observasi untuk melihat perkembangan selanjutnya, dan kami berdua akhirnya memutuskan untuk ikut diagnosa dr Irawan, dan terus memantau perkembangan Sabia day by day.
Di waktu bersamaan dr Markus juga sering bertanya melalui WA tentang perkembangan sabia, dan kami menjelaskan bahwa kami memilih diagnosa Atrophy dan tetap berkonsultasi dengan dr Irawan.
Sempat kami di telp dr. Markus setelah beberapa bulan berlalu bahwa ada pasiennya yg memilik kasus atrophy yang hampir mirip dengan anak kami dan dia meminta kami bertemu untuk ngobrol di saat beliau mengadakan sharing di mall kuningan city yg akhirnya kami datang dan bertemu untuk mendengarkan mereka.
Sabia Empat Bulan
Jika bayi pada umurnya sudah mulai belajar duduk, sabia sama sekali belum bisa berguling sendiri, dari tengkurap menjadi telentang dan dr Irawan menganjurkan untuk physiotherapy untuk melatih motorik kasarnya, dan setelah mengontak saudara yang memiliki keahlian psiotheraphy kami di refer kepada temannya yang biasa theraphy bayi yaitu mbak Anty
Sabia Satu Tahun | Juni 2016
Satu tahun pertama Sabia untuk motorik halus sudah baik namun untuk motorik kasar masih jauh ketinggalan dari anak seusianya, dan pada usia Sabia di tahun pertama kami menyewa physiotherapy untuk mengejar ketinggalan motorik kasarnya dan di waktu bersamaan kami kembali melakukan pemeriksaan CT Scan kedua dengan 64 irisan di RS Siloam TB Simatupang.
Hasil CT Scan Sabia masih disumsikan Atrophy serta dr Irawan selalu mengingatkan dan mengatakan bahwa kami memiliki waktu 4 tahun untuk mengejar ketingalan Golden Age Sabia.
Golden age adalah usia anak pada masa-masa awal hidupnya di dunia. Golden age adalah usia anak ketika mereka berumur 0 sampai dengan 5 tahun. Usia tersebut berada pada perkembangan terbaik untuk fisik dan otak anak
Sabia Dua Tahun | April 2017
Setelah Sabia berumur dua tahun kami diminta untuk melakukan pemeriksaan MRI dan kami pun melakukanya di RS Pondok Indah dan hasilnya juga masih diasumsikan Atrophy, dan dengan jelas dinyatakan bukan Hidrosefalus
Oktober 2017
Pada tahun yang sama Sabia juga diminta untuk melakukan pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG) di RS Puri Cinere untuk jaringan otaknya Sabia, dan seperti CT Scan hasil EEG juga tidak memperlihatkan kelainan otak.
Elektroensefalogram (EEG) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak.
Sabia Tiga Tahun | Feb 2019
Setelah Sabia berumur tiga tahun kami diminta kembali untuk melakukan pemeriksaan MRI di RS Pondok Indah dan hasilnya juga masih diasumsikan Atrophy namun perkembangan jaringan otaknya jauh lebih baik jika membandingkan kedua hasil MRI.
Jadi hingga kini belum ada diagnosa yg pasti, yg pasti bahwa ada kelainan di kepada, anaknya normal, lingkar kepala diatas rata2 normal tapi berkembang dengan normal cuma lebih besar dari normal.
Sabia Empat Tahun
Sampai usia 4 tahun tidak pernah kejang, muntah dan pusing, jadi alhamdulilah sehat dan baik
Sekarang kondisi anaknya semua ok, cuma emang lebih alert aja kami sbg ortu, karena sejarah anaknya spesial dan kebetulan anaknya carry alergi dari saya jadi makin waspada kalau makan, minum dan minum obat-obatan
30 Januari 2020
Kamis itu saya mengantar Sabia menggunakan motor, karena pada hari itu si Mami tidak ke kantor tetapi ke Four Season Ballroom untuk menghadiri undangan kolega kerjanya, sehingga yang biasanya Sabia kami antar bersama menggunakan mobil sebelum saya drop si mami di kantor.
Setelah saya antar dan foto-foto beberapa kali diparkiran, dan Sabia digandeng oleh bu guru menuju kelas dan saya balik kerumah dan hari itu karena si Mami ada acara diluar kantor maka saya berniatan Bike2Work.
Namun sesampainya dirumah si mami langsung keluar rumah dan menghampiri saya sambil berkata “Bia kejang, kita ke sekolah” dan sampai disekolah bia sedang di kasih bantuan oksigen dan dikerubutin para guru, lalu salah satu gurunya menjelaskan “kejangnya gak sampai satu menit, bola mata menatap keatas semua putih, dan mulut tidak mengeluarkan busa”.
Ini adalah pengalaman kejangpertama Sabia sepanjang hidupnya dan kejang ini membuat kami khawatir karena terjadi tanpa disertai demam/panas, dan Sabia juga tidak habis melakukan kegiatan yang membuat kecapaian, lalu di hari yang sama pagi itu kami langsung mengontak dr Irawan, dan dia menyarankan dibawa ke RS Puri Cinere untuk dilakukan pemeriksaan EEG, dan kami pun segera ke RS Puri Cinere yang mana ini adalah pemeriksaan EEG yang kedua bagi Sabia
Setelah seharian melakukan pemeriksaan EEG dan kami memang sengaja menunggu dr Irawan yang praktek pada malam harinya untuk membacakan diagnosa dan hasil EEG, dan beliau mengatakan tidak ada anomali dari pemerksaan EEG dan menyarankan untuk tetap di observasi terus.
Sekiranya itu sharing saya, semoga bermanfaat dan bisa menguatkan ibu, bapak, dan keluarga, kebetulan saya orangnya penasaran dan serba cari tau (pasti ya semua orang tau, karena anak) ke dokter terbaik dan semua alternatif
Series on Disruption Training #MO di @rumah_perubahan mengangkat bahwa pesan bukan lagi dibuat untuk diingat, dengan adanya social media pesan dibuat untuk disebarkan dengan cepat yang biasa kita kenal dengan istilah viral, hype atau happening.
Konten pun harus transformasi mulai dari bentuk, medium dan bagaimana pesan itu bisa diterima menjadi sebuah engagement, shareable, dan actionable. Kira-kira seperti itu sharing dari saya di Rumah Perubahan. Terima kasih rumah perubahan telah mengundang saya untuk berbagi.
Untuk episode 2 dari 3 episode VLOG menuju Bali Marathon 2019, saya akan membahas program latihan dan race traning yang sengaja saya ikuti untuk memperkuat kekuatan dan daya tahan dalam rangka mempersiapkan Bali Marathon 2019.
Episode ini saya dihadapkan dengan perubahan waktu latihan yang sebelumnya dilakukan selesai berbuka puasa atau selepas magrib, yang kini harus kembali lagi ke pagi hari lebih tepatnya selepas subuh, ini perubahan yang lumayan sih, ha ha ha
Tidak itu saja, gue juga masih melakukan mix latihan mulai dari lari dan bersepeda, dan juga mengikuti traning race di sentul hill trail run yang diadakan di bukit Sentul pada 30 juni 2019 dan goat run trail running series episode salak yang diadakan di Javana Spa Cidahu dengan jarak 20 kilomenter.
Selain itu saya juga harus menurunkan berat badan yang kembali naik setelah lebaran dan cuti panjang, jadi bisa dibayangkan saya harus melakukan diet ketat bersamaan dengan menambah porsi latihan yang semakin intent, anchurrr
Race ini merupakah salah satu bagian dari latihan saya dalam mencoba menaklukan marathon pertama saya yaitu “BALI MARATHON 2019” yang akan diadakan pada tanggal 8 September 2019 di Gianyar Bali. Setelah sebelumnya, pada tanggal 30 Juni 2019 saya mengikuti race Sentul Hill Trail Run 18K.
Race ini sengaja saya pilih, selain tempatnya yang tidak jauh dari Jakarta dan berlari di alam lebih mendapatkan tempat tersendiri di dalam diri saya, ya mungkin karena pada masa muda suka mendaki gunung dan trekking, jadi race ini menjadi pelipur lara dan juga untuk mengurangi tensi akibat makin dekatnya 8 September.
Memang sih persiapan saya untuk race ini terbilang tidak terlalu banyak, hanya dua minggu terakhir saya lebih banyak berlari di medan tanjakan, turunan dan long run di car free day di jalan Sudirman-Thamrin, dan dikarenakan juga udara di Jakarta pada satu bulan terakhir menurut data Air Visual kualitas udara Jakarta terburuk sedunia jadi rada-rada waspada dan menjadi parno sendiri, ha ha ha.
Nekat, merupakan kata yang tepat dalam menggambarkan ketika pada maret akhir saya memutuskan dan mendaftarkan untuk menuntaskan cita-cita yang tertunda sejak 2015, yaitu mencoba menuntaskan marathon sebelum usia 40. Demi menuntaskan cita-cita nekat ini akhirnya pilihan jatuh ke Bali Maarathon yang terkenal dengan rute panas, hills, dan pengalaman yang menyenangkan, jika membaca review atau postingan medsos yang seliweran di timeline.
Pada episode ini saya akan membreakdown kesulitan yang dihadapi baik dari eksternal dan internal. Salah satunya adalah faktor internal, seperti apa yang terjadi diakhir februari 2019 dimana karir saya mengalami turn over yang menyebabkan saya kini tidak memiliki tim ataupun jabatan dalam artian saya kembali menjadi staff, ini merupakan pukulan cukup telak terhadap kehidupan karir saya mengingat saya hanya membutuhkan 3,5 tahun untuk menjadi seorang manager dari jenjang staff selama meniti karir di Kompas Gramedia dan harus kembali menjadi staff di tahun keenam.
Apa mau dikata, begitulah hidup. Namun mimpi untuk menuntaskan marathon tidak menguap seiring pukulan yang terjadi, dan kenapa saya menyebut nekad, ha ha ha
Selain itu saya juga harus menghadapi faktor eksternal yaitu memasuki bulan Ramadhan yang datang di awal bulan Mei 2019 sehingga saya harus mengimprovisasi waktu latihan yant biasanya dilakukan pagi hari atau setelah subuhan menjadi menjelang atau sesudah berbuka puasa.
Pertama yang saya lakukan adalah membuat program latihan selama 4 bulan tersisa sejak mendapat konfirmasi BIB Bali Marathon di Maret akhir hingga D day yaitu 8 September 2019 dengan meningkatkan kuantitas 4 kali lari dalam satu minggu yang ditutup dengan long run pada minggu. (program latihan bisa download disini dan bisa customize sesuai tanggal dan tinggal di upload ke google calender)
Kedua, saya melakukan mix tranning lari dengan sepedaan, yang biasanya sepedaan saya lakukan di hari rabu dan jumat dengan jarak tempuh hanya 24km ini pun dikarenakan karena keterbatasan waktu mengingat waktu tranning saya hanya ada di jam 05.00 sd 06.00 setiap hari dan senin saya jadwalkan untuk rest day
Ketiga, selain latihan dan latihan saya juga mengikuti race lari, tapi bukan road race melainkan trail running yang mana pada tanggal 30 juni 2019 saya mengikuti Sentul Hill Trail Run 18K, selain itu pada 4 Agustus 2019 saya juga mengikuti Goat Run Episode Salak 20K, race ini lebih untuk mengurangi stress dan hiburan pribadi sih bagi saya dalam menuju Bali Marathon 2019
Singkat kata itulah episode 1, jangan lupa follow Strava untuk mengikuti perkembangan latihan saya dan akan kembali di episode 2
Hampir 12 bulan lalu saya terakhir mengikuti race lari, yaitu Gede Pangrango Ultra Marathon untuk kelas 21K di Juli 2018. Memang misi tahun ini adalah menyelesaikan Marathon, dan bagian dari misi tersebut salah satunya adalah menjaga stamina dengan mengikuti race SHTR yang diadakan 30 Juni 2019 di Bukit Sentul dan Goat Run Episode Salak yang akan digelar di 4 Agustus 2019 di Cidahu.
2019, saya menyebut sebagai tahun kebangkitan dalam kehidupan lari, selain memperbanyak race dan latihan, ditahun yang sama saya juga harus melakukan re-route dalam karier, sehingga membuat tantangan ditahun ini makin pecah, ha ha ha
SHTR selain ajang latihan, race ini juga sebagai pelepas rindu kepada alam, dan kali ini saya akan berlari bersama sahabat yaitu mas wicaksono. Fyi SHTR ini merupakan trail running pertama mas wicak jika Run 4 River Trail Run Universitas indonesia tidak masuk hitungan, so jadi makin seru dong lari kami berdua.
Setelah beberapa hari melakukan experimen dengan moka pot barunya, akhirnya rubbi menemukan formulasi yang tepat dalam menyeduh kopi dengan moka pot, berikut tips cara seduh kopi dengan moka pot:
PERTAMA, Gunakan air mendidih dalam moka pot, hindari pengunaan air mentah atau air dingin, jika menggunakan air dingin atau mentah, moka pot membutuhkan waktu untuk mencapai titik didih sehingga dalam periode tersebut kopi akan terpanggang yang mengakibatkan hasil kopi seduh atau espresso terasa burst, gosong atau getir
KEDUA, Hindari pemadatan kopi dalam moka pot atau gunakan bubuk kopi yang kasar jika mau dipadatkan, pemadatan kopi akan mengakibatkan tertahannya air sehingga kopi akan terendam air panas, karena moka pot menganut konsep mengaliri air mendidih melalui kopi bukan merendam kopi, dan faktor ini juga yang mengakibatkan kopi terekstrasi tidak sempurna.
KETIGA, Gunakan air secukupnya dalam moka pot, umumnya volume air dalam moka pot hanya 40 sd 50 ml untuk menghasilkan espresso yang diperlukan dalam satu cangkir kopi yang sempurna
Bagi lu yang modelan kayak gue, punya anak kecil, 2 lagi, dengan range umur 2 sampai 10 tahun, menginap di hotel bisa jadi salah satu alternatif untuk mengisi waktu liburan, dan gue juga sampe sekarang heran kenapa anak-anak itu suka banget nginep di hotel, apalagi hotel ada kolam renangnya, dan kali ini gue mau ngebahas hotel yang kamarnya ada akses langsung ke kolam renang, jadi lu buka pintu langsung ke kolam renang
Hotel Neo Green Savana Sentul
Hotel ini berlokasi di antara jakarta dan bogor, tepatnya di sentul. Selain liburan di hotel lu juga bisa mengunjungi beberapa tempat yang memang berada tepat di sebelahnya seperti taman budaya, Zoological Museum, Sentul Highland Golf Course, Jungleland and Alam Fantasi Park.
Sedangkan kamar dengan akses langsung ke kolam renang hanya di patok IDR 830.740,00 ++ permalam, lumayan terjangkau kan
R Hotel Rancamaya
Terletak di lahan seluas 700 hektar, R Hotel Rancamaya hanya berjarak 65 km dari Jakarta dan menyatukan kemewahan kontemporer, golf pemenang penghargaan dan ketenangan dalam suasana yang menakjubkan.
Nah untuk kamar yang bisa akses langsung ke kolam renang dengan tipe kamar Lagoon Superior hanya di patok Rp2,825,000 permalam, lumayan terjangkau kan
Sheraton Bandung Hotel & Towers
Nah untuk yang ini berada di Bandung, tepatnya dijalan Ir. H. Juanda No. 390, hotel ini merupakan jaringan hotel marriot, selain menawarkan kamar dangan pool akses, hotel ini juga menawarkan
Deluxe Guest room dengan Pool access 1,350,000 IDR / night
Michelin Pabrikan Ban internasional baru-baru ini mengeluarkan ban masa depan apa ya gue menyebutnya innovasi baru, ban mobil tanpa angin atau versi mereka Unique Puncture-Proof Tire System atau bahasa indonesinya Sistem Ban Anti Tusukan Unik (Uptis)
edan gak, lue bisa banyakan berapa banyak bengkel-bengkel si lay bakalan gulung tikar dan pengisian nitrogen bakal gak kepake, ha ha ha
Sistem Ban Anti Tusukan Unik (Uptis) baru Michelin menghilangkan salah satu aspek penentu ban seperti yang kita kenal selama lebih dari 100 tahun: udara di dalam.
“Idenya adalah untuk mengembangkan teknologi yang cukup kuat untuk membawa beban tetapi cukup ringan untuk menggantikan udara,” kata Cyrille Roget, direktur komunikasi teknis dan ilmiah untuk Grup Michelin
That concept had four main components: it was airless, connected, could be 3D printed (or have a rechargeable tread pattern), and was 100 percent sustainable.
Michelin akan menguji Uptis di dunia nyata dengan General Motors. GM akan mengenakan armada hatchback Chevrolet Bolt EV-nya dengan ban konsep untuk tes jalan di Michigan akhir tahun ini. Kedua perusahaan mengatakan ban gaya Uptis dapat ditemukan pada kendaraan penumpang produksi pada awal 2024.
Secara teoritis, masa pakai tapak untuk Uptis sama dengan ban standar, kata Roget, “Anda selalu memiliki tekanan yang tepat, sehingga ban akan memiliki umur yang lebih panjang,” katanya.