Saya Seorang Marathoners

Bali Marathin 2019 ini merupakan race termahal yang pernah saya ikuti, tentu bukan saja cost pendaftaran lomba itu sendiri, melainkan transportasi, akomodasi serta thing to do selama di Bali, karena saya memang sengaja membawa anak-anak dan istri dalam race marathon pertama saya, karena mereka juga menjadi penyemangat selama saya latihan dan di tentunya garis finish.

Finish Marathon bagi saya adalah life achievement dan pembuktian bahwa fisik dan mental ini masih mampu dan bisa menuntaskan salah satu bucket list dalam hidup sebelum usia 40 tahun yaitu finish marathon.

Semua ada momentnya, semua ada waktunya adalah kata yang tepat menggambarkan keseruan dalam mengikuti Bali Marathon 2019, saya berkali-kali ikut race lari baik road maupun trail, dan baru di Bali Marathon yang sepanjang rute mengambil badan jalan dan terkadang membuat kemacetan, dan tidak ada satupun saya mendengarkan suara klakson motor atau mobil, bahkan saya tidak mendengar sama sekali suara orang berteriak “woy bikin macet lu”seperti race-race yang di gelar di kota lain.

Mungkin itu yang membedakan Bali Marathon dengan yang race lain yang pernah saya ikuti, tidak hanya runners yang menikmati, masyarakat Bali juga sangat mengerti bahwa race ini adalah bagian dari pariwisata.

Good Luck semua yang ingin pecah telor marathon di Bali Marathon.

TAHURA Trail Run 2020

Race ini merupakan pembuka dari semua race yang akan saya ikuti di tahun 2020, dan juga sebagai uji lapangan sekalian test the water dalam menguji kekuatan dan mentality saya terhadap trail running race, karena pada bulan juni 2020 saya berkeinginan untuk mengikuti Rinjani 100 Ultra dimana saya berpartisipasi dalam kategori 75 kilometer dengan Cut Off Time 25 Jam.

Selain sebagai program ujicoba ini juga sebuah family holiday gateaway, karena saya memang sengaja memboyong sekeluarga untuk ke Bandung dalam lawatan saya di Tahura 2020.

Mengambil kategori 42km atau Marathon adalah sebuah kenekatan yang konyol, tanpa persiapan yang matang seperti Bali Marathon. Kalau boleh jujur ini memang race yang sengaja saya ikuti untuk ajang uji coba apakah sebuah lomba bisa diselesaikan hanya dengan mental?

Apa boleh dikata, trail run race yang diadakan pada bulan Januari bisa menjadi sebuah petaka karena jalur yang diguyur hujan sehingga menyebabkan medan yang licin dan berlumpur, bisa dibayangkan saya dua kali jatuh karena licinnya medan dan satu kali kecebur lumbur yang menyebabkan kaki kanan saya hingga lutut dipenuhi lumpur.

Mentality can finish the race, but Cut Off Time only can be beat by training

@rubbiwidiantoro

Waktu masih menyisakan dua jam pada kilometer 30, akhirnya saya memutuskan untuk DNF.

Episode 2 | Bali Marathon 2019

Untuk episode 2 dari 3 episode VLOG menuju Bali Marathon 2019, saya akan membahas program latihan dan race traning yang sengaja saya ikuti untuk memperkuat kekuatan dan daya tahan dalam rangka mempersiapkan Bali Marathon 2019.

Episode ini saya dihadapkan dengan perubahan waktu latihan yang sebelumnya dilakukan selesai berbuka puasa atau selepas magrib, yang kini harus kembali lagi ke pagi hari lebih tepatnya selepas subuh, ini perubahan yang lumayan sih, ha ha ha

Tidak itu saja, gue juga masih melakukan mix latihan mulai dari lari dan bersepeda, dan juga mengikuti traning race di sentul hill trail run yang diadakan di bukit Sentul pada 30 juni 2019 dan goat run trail running series episode salak yang diadakan di Javana Spa Cidahu dengan jarak 20 kilomenter.

Selain itu saya juga harus menurunkan berat badan yang kembali naik setelah lebaran dan cuti panjang, jadi bisa dibayangkan saya harus melakukan diet ketat bersamaan dengan menambah porsi latihan yang semakin intent, anchurrr

Episode Salak | Goat Run Trail Series

Race ini merupakah salah satu bagian dari latihan saya dalam mencoba menaklukan marathon pertama saya yaitu “BALI MARATHON 2019” yang akan diadakan pada tanggal 8 September 2019 di Gianyar Bali. Setelah sebelumnya, pada tanggal 30 Juni 2019 saya mengikuti race Sentul Hill Trail Run 18K.

Race ini sengaja saya pilih, selain tempatnya yang tidak jauh dari Jakarta dan berlari di alam lebih mendapatkan tempat tersendiri di dalam diri saya, ya mungkin karena pada masa muda suka mendaki gunung dan trekking, jadi race ini menjadi pelipur lara dan juga untuk mengurangi tensi akibat makin dekatnya 8 September.

Memang sih persiapan saya untuk race ini terbilang tidak terlalu banyak, hanya dua minggu terakhir saya lebih banyak berlari di medan tanjakan, turunan dan long run di car free day di jalan Sudirman-Thamrin, dan dikarenakan juga udara di Jakarta pada satu bulan terakhir menurut data Air Visual kualitas udara Jakarta terburuk sedunia jadi rada-rada waspada dan menjadi parno sendiri, ha ha ha.

Nekat Ikut Bali Marathon 2019 | Episode 01

Nekat, merupakan kata yang tepat dalam menggambarkan ketika pada maret akhir saya memutuskan dan mendaftarkan untuk menuntaskan cita-cita yang tertunda sejak 2015, yaitu mencoba menuntaskan marathon sebelum usia 40. Demi menuntaskan cita-cita nekat ini akhirnya pilihan jatuh ke Bali Maarathon yang terkenal dengan rute panas, hills, dan pengalaman yang menyenangkan, jika membaca review atau postingan medsos yang seliweran di timeline.

Pada episode ini saya akan membreakdown kesulitan yang dihadapi baik dari eksternal dan internal. Salah satunya adalah faktor internal, seperti apa yang terjadi diakhir februari 2019 dimana karir saya mengalami turn over yang menyebabkan saya kini tidak memiliki tim ataupun jabatan dalam artian saya kembali menjadi staff, ini merupakan pukulan cukup telak terhadap kehidupan karir saya mengingat saya hanya membutuhkan 3,5 tahun untuk menjadi seorang manager dari jenjang staff selama meniti karir di Kompas Gramedia dan harus kembali menjadi staff di tahun keenam.

Apa mau dikata, begitulah hidup. Namun mimpi untuk menuntaskan marathon tidak menguap seiring pukulan yang terjadi, dan kenapa saya menyebut nekad, ha ha ha

Selain itu saya juga harus menghadapi faktor eksternal yaitu memasuki bulan Ramadhan yang datang di awal bulan Mei 2019 sehingga saya harus mengimprovisasi waktu latihan yant biasanya dilakukan pagi hari atau setelah subuhan menjadi menjelang atau sesudah berbuka puasa.

Pertama yang saya lakukan adalah membuat program latihan selama 4 bulan tersisa sejak mendapat konfirmasi BIB Bali Marathon di Maret akhir hingga D day yaitu 8 September 2019 dengan meningkatkan kuantitas 4 kali lari dalam satu minggu yang ditutup dengan long run pada minggu. (program latihan bisa download disini dan bisa customize sesuai tanggal dan tinggal di upload ke google calender)

Kedua, saya melakukan mix tranning lari dengan sepedaan, yang biasanya sepedaan saya lakukan di hari rabu dan jumat dengan jarak tempuh hanya 24km ini pun dikarenakan karena keterbatasan waktu mengingat waktu tranning saya hanya ada di jam 05.00 sd 06.00 setiap hari dan senin saya jadwalkan untuk rest day

Ketiga, selain latihan dan latihan saya juga mengikuti race lari, tapi bukan road race melainkan trail running yang mana pada tanggal 30 juni 2019 saya mengikuti Sentul Hill Trail Run 18K, selain itu pada 4 Agustus 2019 saya juga mengikuti Goat Run Episode Salak 20K, race ini lebih untuk mengurangi stress dan hiburan pribadi sih bagi saya dalam menuju Bali Marathon 2019

Singkat kata itulah episode 1, jangan lupa follow Strava untuk mengikuti perkembangan latihan saya dan akan kembali di episode 2

Sentul Hill Trail Run 2019

Hampir 12 bulan lalu saya terakhir mengikuti race lari, yaitu Gede Pangrango Ultra Marathon untuk kelas 21K di Juli 2018. Memang misi tahun ini adalah menyelesaikan Marathon, dan bagian dari misi tersebut salah satunya adalah menjaga stamina dengan mengikuti race SHTR yang diadakan 30 Juni 2019 di Bukit Sentul dan Goat Run Episode Salak yang akan digelar di 4 Agustus 2019 di Cidahu.

2019, saya menyebut sebagai tahun kebangkitan dalam kehidupan lari, selain memperbanyak race dan latihan, ditahun yang sama saya juga harus melakukan re-route dalam karier, sehingga membuat tantangan ditahun ini makin pecah, ha ha ha

SHTR selain ajang latihan, race ini juga sebagai pelepas rindu kepada alam, dan kali ini saya akan berlari bersama sahabat yaitu mas wicaksono. Fyi SHTR ini merupakan trail running pertama mas wicak jika Run 4 River Trail Run Universitas indonesia tidak masuk hitungan, so jadi makin seru dong lari kami berdua.

Enjoy

GPUM: Trail Running Finish Yang Tertunda

Gak terasa, terakhir mengikuti race ternyata di akhir 2014 yaitu Jakarta half marathon dan Sentul Trail Running 30 (STR 30). Memang semacam pilihan yang selalu sulit, selalu ada break/cuti lari yang biasanya memakan waktu dua tahun, dimana harus memilih bersama anak atau terus lari dipagi hari, begini ceritanya. . . .

Melihat timeline di media social, saya mulai lari ditahun 2010 yang berawal ketika tahun pertama menikah dan bingung mau ngapain ketika weekend datang, makanya saya memutuskan untuk berolah-raga, dan larilah yang dipilih. Selain murah dan gampang, mengingat rumah juga dekat dengan ragunan zoo dan sport center lari adalah opsi yang paling masuk akal pada saat itu.

Jangankan lari, jalan saja nafas susah sesak saat memulainya perlahan karena keinginan yang sangat kuat habis itu pun mulai tercipta, lari sekali dalam seminggu akhirnya sanggup empat kali dalam seminggu.

Berawal jalan saja, akhirnya sanggup konsisten lari lima kilometer, hingga memiliki rute sendiri keliling kampung sampai menemukam rute lima km, delapan km, hingga sepuluh km.

GPUM atau Gede Pangrango Ultra Marathon adalah Race yang tertunda, dimana pada tahun 2015 saya mendaftar Gede Pangrango Marathon pertama yang di selenggarakan oleh Kang Hendra Wijaya, sudah register, bayar, dan ambi RPC di senayan, akhirnya terpaksa saya batalkan karena kehamilan kedua istri di bulan ke empat terdiagnosa kehamilan beresiko (baca Teman Danika)

Namun pada tahun 2018 ketika semua masalah tentang Sabia sudah mulai tenang, akhirnya saya memberanikan untuk menyelesaikan finish yan tertunda di tahun 2015

Logistik: Persiapan Trail Running Gede Pangrango Ultra Marathon 2018


Ayah, kira-kira race/larinya bakal berapa lama? Ya paling cepat empat jam, itu juga kalau menurut prediksi finish standar atlet, kira-kira seperti itu jawab saya atas pertanyaan sang istri.
Ha ha maklum si istri udah lama gak liat suaminya ikutan race, tapi udah hampir enam bulan si istri liat suaminya latihan/lari melulu saban subuh sampe terang.
Namanya juga istri, suami yang mau ikutan race udah pasti ikutan sibuk mempersiapkan logistik (gambar 1), wajar aja sih si istri worry, atlet aja paling cepat empat jam untuk menyelesaikan racenya, apalagi suaminya yang udah yang udah 2 tahun off dan baru mulai latihan/lari lagi di awal tahun 2018, kuat apa gak suami gue, kira-kira begitu kali isi kepalanya sang istri
Mungkin juga sang istri memaklumi, karena race ini adalah race yang tertunda si suami, karena awal 2015 lalu sempat daftar, bayar, ambil racepack dan membatalkan keikutsertaannya H-1 karena harus berada si sisi sang istri saat itu.
Apa mau dikata, sang istri memiliki suami keras kepala, coba bayangkan suaminya rela menurunkan berat badan 10 kg selama enam bulan dan bangun jam 4:30 hampir setiap hari untuk latihan/lari serta ambil cuti bekerja demi race yang tertunda ini
Apa mau diucap, suami juga sadar mungkin istrinya juga gak mau dia tumbang di medan laga, makanya logistik race harus memadai dan harus mampu mensupport hingga empat jam lebih.

Tapi apa mau dilihat, lah wong running vest si suami kecil (gambar 2) bagaimana bawa logistik semuanya, ba ha ha 😂😂
Terima kasih buat si istri @harmonyseekingidealist, suami tidak akan mengecewakanmu, sampai bertemu di finish line
25/07/2018 H-2 sebelum race
#race #trailrunning #run #baladalari