Special is


Belakangan ini saya rada emosi, terlebih terhadap pekerjaan. “Jika itu bisa gue kerjain sendiri, akan gue kerjain sendiri” kira-kira seperti itu celoteh kekesalan saya dalam hati. 
Entah perbedaan umur, pendidikan, atau faktor pengalaman yang menyebabkan banyak orang datang bekerja hanyalah melakukan rutinitas; istirahat, bekerja, dan akhirnya pulang.
Karena bagi saya, jika semua pekerjaan bisa dilakukan Senin hingga Jum’at kenapa harus diselesaikan di weekend? 
Contoh, jika kamu adalah social media specialist, sudah seharusnya segala sesuatu cara mengelola mulai dari menyiapkan konten, mencoba fitur baru atau semua fitur hingga reporting seharusnya sudah ngelotok bukan.
Namun jika ada pertanyaan dan kamu menjawab “gak tau deh, nanti saya tanya ke yang lain atau atasan” itu bagi saya kamu selama ini hanya bekerja, bukan berkembang, “heloo katak dalam tempurung”
Tapi jika itu fitur baru yang ditanyakan sehingga  kamu belum menghetaui, loh semua brand ketika mengeluarkan produk atau firur baru gak mungkin diam-diam, pasti ada release, dan pasti akan mengumumkan, emang kamu tinggal di goa yang gak ada koneksi internet?
Jadi pertanyaannya, kamu masih menganggap diri kamu social media specialist, jika tidak tau apa-apa, dan selama ini bekerja ngapain saja?
Jangan sensi, itu bukan hanya berlaku di social media specialist, tetapi disemua tipe dan jenis pekerjaan, mungkin karena saya berkecimpung di dunia social media, jadi kira-kira seperti itu perumpamaannya.
Contoh berikut agak lucu, dia sudah menjadi kasir lebih dari satu tahun, setiap hari pasti ada transaksi dong, selain ada penerimaan uang masuk sudah pasti ada pengeluaran uang sebagai kembalian. 
Kasir ini tiba-tiba berteriak dengan semangat, gue menemukan fitur baru setelah beberapa hari bossnya komplain tentang antrian dikasir yang mengular atau panjang ketika jam sibuk, dan kasir itu diberi tugas.

“kamu harus cari solusi gimana transaksi dikasir bisa cepat, agar perputaran konsumen semakin cepat, sehingga loss opportunity saat ini bisa diminimalis?”

Akhirnya seperti saya bilang, kasir itu berteriak bahwa telah menemukan solusi bagaimana mempercepat transaksi dikasir, dan dia menemukan bahwa dalam mesin kasirnya itu ada system pembayaran non tunai, sehingga transaksi yang selama ini tunai dan memakan waktu panjang bisa dipercepat karena system baru ini.
Apakah kasir itu cerdas? 
Kalau saya boss kasir itu, saya pastikan dia tidak akan pernah naik jabatan, dan saya pastikan dia akan dipindah tidak akan menjadi kasir lagi.
Bayangkan, selama setahun lebih berjibaku dengan mesin kasir, dan ketika diminta bagaimana cara mempercepat transaksi, hatinya baru tergerak untuk mencari tau, yang seharusnya setahun yang lalu itu sudah diterapkan sehingga keuntungan bisa bertambah.
Jika kamu bekerja, pelajari terlebih dahulu tools yang akan menjadi support system kamu dalam bekerja, kalau perlu baca manual booknya, karena penting untuk menghetaui alat kerja kita bisa apa dan bagaimana bekerjanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *