Berawal dengan FeedBurner
Ketika belum banyak yang menggunakan rss feeds untuk mengcrawl sebuah website, saya salah salah satu dari sedikit orang yang sempat mencoba dan bereksplorasi apa itu rss feed.
5 tahun lalu, ketika feedburner masih menjadi sebuah aplikasi web independen yang memberikan solusi cara mudah membuat rss feed xml dari blog atau website secara gratis.
Ingat betul betapa atusiasnya saya ketika Google membeli feedburner, secara saya adalah salah satu pengguna Google Reader (GR) yang notabene semua konten GR di generate oleh rss feeds, namun sayang setelah kurang lebih 2 tahun dibeli, akhirnya Google menutup layanan feedburner itu sendiri, entah mungkin kala itu feeds belum menjadi sepenting sekarang.
Social Media Konten
Ketika masih di agency dan sedang pitching sebuah brand Counterpain, saya teringat jelas kala itu boss of the bossnya bertanya kepada saya yang pada saat itu menjabat head of social media, “apa yang akan kamu sajikan kepada fans Counterpain ketika mereka sudah like facebook pages counterpain?”
Semua hening, tidak ada suara sedikitpun baik dari tim kami atau tim Taisho (counterpain), cukup lama saya membiarkan suasana terdiam sebelum akhirnya saya menjawab, “informasi” jawab saya “ketika seseorang like sebuah facebook page, hal utama yang mereka inginkan adalah sebuah penghetauan baru” “oleh sebab itu pages ini akan menjadi sebuah majalah dimana fans bisa menggali informasi dan berdiskusi dengan kita pemilik brand, dan itulah yang akan menjadi pembeda kita dengan yang lain” kata saya.
Lalu apa hubungannya rss feeds dengan social media konten?
Saya masih sangat percaya bahwa ketika seseorang masuk ke social media hal utama yang mereka cari adalah informasi, mulai dari apa yang dilakukan teman-temannya, mantan pacar sampai calon gebetan atau hanya mencari peristiwa apa yang sedang ramai (ini gue). Saya pun yakin value sebuah berita itu akan lebih bernilai tinggi jika memiliki atau yang kita yakini memiliki sumber terpercaya baik itu tokoh ataupun media.
Google Reader ketika itu hadir disaat social media belum semapan sekarang, sehingga rss feeds yang dibangun oleh Google melalui Feedburner kurang mendapat ruang bagi publisher (media) kala itu karena jumlah penggunanya masih sedikit dan kurang menghasilkan keuntungan.
Facebook Instant Articles
Memiliki pangguna 1,5 milyar seluruh dunia, Facebook percaya diri bahwa Instant Articles (IA) tidak akan ditolak oleh publisher seperti halnya Google dengan feedburnernya. Secara teknis GR dengan IA sama, yang menjadi pembeda adalah IA memiliki user sendiri yaitu pengguna Facebook yang masif, sedangkan pengguna GR hanya beberapa orang yang bergelut didunia digital atau suka baca.
Setelah sukses di Amerika dan Eropa, dan saya yakin IA juga akan mengubah wajah media di Indonesia, dimana user tidak lagi mencari berita namun disajikan langsung di smartphonenya melalui aplikasi social media atau social reader.
Instant articles adalah awal dari kebangkitan social media konten distribution yang perlahan akan diikuti Apple News, Twitter dan Snapchat Discover.
Dengan kata lain apakah homepage masih dibutuhkan ketika konten itu sendiri sudah tidak membutuhkan homepage karena adanya social media dan social reader?